Nagari
Yang Pertama Di Alam Minangkabau
|
Kemudian tersiar
kabar, ada seorang raja yang datang dari Tanah Hindu bernama
|
Sang Sapurba dan
mendarat di Bukit Siguntang-guntang, tanah Palembang. Disana ia
|
kawin dengan
seorang putri raja Lebar Daun yang berkuasa di Palembang. Mereka
|
mendapatkan dua
orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. Kedua anak
|
laki-laki itu
bernama Sang Nila Utama dan Sang Maniaka. Yang perempuan bernama
|
Cendera Dewi dan
Bilal Daun.
|
Lalu Sang
Sapurba pergi berlayar dan masuk ke sungai Inderagiri. Sungai itu
|
ditelusuri dan
sampailah rombongan tersebut ke Lagundi Nan Baselo. Sang Sapurba
|
memakai mahkota
yang bercabang-cabang seperti tanduk rusa, sehingga dikiaskan
|
dengan
"Rusa yang datang dari laut". Ia memohon bicara dengan Datuk Suri
Dirajo,
|
seorang dari
keturunan anak raja Seri Maharaja Diraja, seseorang yang dituakan
|
untuk memimpin
Lagundi Nan Baselo. Ia merupakan seorang cerdik pandai, yang
|
mendapatkan ilmu
pengetahuan dari batarak (bertapa) dalam sebuah gua di Gunung
|
Merapi.
|
Karena orang di
daerah ini tidak mau menganggap dia sebagai raja, maka pindahlah ia
|
ke daerah Batu
Gadang, dengan menyandang pedang panjang melalui padang rumput
|
yang panjang.
Maka oleh Datuk Suri Dirajo dinamailah
negeri tersebut dengan
|
Padang Panjang.
|
Karena Pariangan
dan Padang Panjang letaknya berdekat-dekatan, maka sering
|
disebut dengan
Pariangan-Padang Panjang. Inilah negeri yang mula-mula ada di Alam
|
Minangkabau. Hal
ini juga berarti, walaupun raja pindah ke daerah Batu Gadang,
|
namun sebenarnya
tempat tersebut tidaklah dikuasai oleh raja, melainkan tetap
|
masuk ke dalam
kekuasaan Pariangan.
|
Bermufakatlah
masyarakat di Pariangan-Padang Panjang untuk mengangkat empat
|
orang penghulu
dalam kedua negeri tersebut, yaitu:
|
1.
|
Datuk Sri
Maharajo
|
2.
|
Datuk Maharajo
Gadang
|
3.
|
Datuk Bandaharo
Kayo
|
4.
|
Datuk Sutan
Maharajo Gadang
|
Maka
didirikanlah sebuah balai tempat bermusyawarah para penghulu dengan cerdik
|
pandai. Itulah
yang merupakan balai asal di Minangkabau.
|
Suatu ketika,
Sang Sapurba membunuh Katin Muno, seorang yang zalim. Peristiwa ini
|
dikiaskan
dengan, "Ula Gadang panghabisan padi di ladang." Mata pedang raja
|
sumbing semuanya
dikarenakan Katin Muno memiliki tubuh yang besar dan kulitnya
|
keras. Panjang
kuburannya enam puluh hasta dibuatkan orang. Kuburan itu sekarang
|
disebut orang
dengan "Kuburan Datuk Tan Tejo Rono". Inilah nenek moyang orang
|
Sikumbang di
Pariangan.
|
Beberapa lama
kemudian, kawinlah Sang Sapurba dengan saudara perempuan dari
|
Datuk Suri
Dirajo yang bernama Indo Julita.
|
Suatu saat, Daulat Yang Dipertuan itu menyuruh para
Cati Bilang Pandai untuk
|
mencari tempat yang akan dijadikan sebuah negeri.
Setelah dapat daerah yang baik,
|
maka turunlah raja ke ranah Bungo Satangkai (sekarang
Sungai Tarab), membawa
|
tujuh orang laki-laki dan tujuh orang perempuan untuk
membuat negeri disana.
|
Disusul pula oleh delapan orang laki-laki dan delapan
orang perempuan. Raja berdiri
|
di atas sebuah batu dekat Batang Air Sungai Tarab
sekarang dan bertitah menyuruh
|
orang-orang tersebut mengatur tiap-tiap dusun, koto
dan negeri. Setelah itu, rajapun
|
pulang kembali ke Pariangan-Padang Panjang.
|
Beberapa lama kemudian, lahirlah seorang anak
laki-laki raja dari Indo Julita. Anak
|
itu dinamai dengan Sutan Paduko Basa, yang kemudian
bergelar Datuk
|
Katumanggungan.
|
Tidak berapa lama kemudian, meninggallah Daulat Yang
Dipertuan. Kemudian, putri
|
Indo Julita kawin lagi dengan Indo Jati, seorang
bertuah dalam negeri, tempat orang
|
berguru dan bertanya. Dari perkawinan itu lahirlah dua
orang laki-laki dan empat
|
orang perempuan. Anak laki-laki yang tua dinamakan
Sutan Balun yang kemudian
|
bergelar Datuk Perpatih Nan Sabatang, yang kedua
bernama Mambang Sutan yang
|
kemudian bergelar Seri Maharajo Nan Sekalap Dunie.
Yang perempuan bernama
|
Reno Mandah, Reno Sudi, Reno Judah dan Gadih Jamilan.
|
Masa kecilnya, Sutan Balun sering berkelahi dengan
Sutan Paduko Basa. Suatu ketika,
|
kepala Sutan Balun luka dibagian sebelah kanan, karena dipukul oleh
Sutan Paduko
|
Basa.
|
Suatu saat, Indo Jati pergi bertapa ke dalam rimba
yang sangat lebat. Bertanyalah
|
Sutan Balun kepada ibunya, dimanakah gerangan si
Bapak. Ibunya menjawab,
|
"apabila engkau hendak mencari bapakmu, pergilah
masuk ke dalam rimba raya
|
itu. Ketika engkau mendengar burung elang berkulik,
panggilah bapakmu disana."
|
Maka, berjalanlah Sutan Balun masuk ke dalam rimba
tersebut. Ketika sampai di
|
sebuah batang kayu besar, berhentilah ia disana.
Terdengarlah olehnya burung elang
|
berkulik, lalu menyerulah ia memanggil bapaknya.
Datanglah Indo Jati, lalu dipeluk
|
dan diciumnyalah anaknya itu. Berkata Indo Jati kepada
Sutan Balun,
|
"Akulah
|
ayahmu, tinggallah engkau disini bersamaku, supaya aku
ajari engkau ilmu kuat
|
dan kebal, ilmu bersopan-santun dan ilmu
lainnya."
|
Tinggallah Sutan Balun bersama ayahnya mempelajari
berbagai macam ilmu
|
kepandaian. Setelah cukup, maka pulanglah ia kembali
kepada ibunya untuk meminta
|
izin karena ia hendak pergi berjalan ke negeri orang lain.
|
Lalu, berjalanlah ia ke Tiku, Pariaman. Disana ia
menginap di rumah Tuan
|
Machudum. Raja di daerah itu bertempat di Limau Kapeh
yang bergelar Tuanku Rajo
|
Tuo, nenek dari Cik Tunggal Magek Jabang. Oleh Tuanku
Rajo Tuo, Sutan Balun
|
diangkat sebagai anak dikarenakan pandai dalam adat
raja, adat sembah-menyembah
|
dan pandai pula dalam bersopan santun.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar